Puisi

Puisi cinta, senandung ungkaPan hati dari Penulisnya dari rasa bahagia, sedih, bangga serta ketululusan dalam melihat realita kehiduPan disekitarnya.

Tuesday, May 22, 2007

Disimpang Jalan

Kelelahan jiwa raga
Penatnya pikiran di kepala
Sesak menikam di dada
Saat kejenuhan hadir di dalam sukma

Jangan tanyakan mengapa
Yang kuingin hanya berlari menjauh
Dari jalanan yang setiap hari kulalui
Berharap ada persimpangan cerah disana

Terus kucari tanpa henti
Mantap hati menyusuri
Tak ingin menoleh kebelakang lagi
Tak kurasa lelah langkah kaki

Belum pasti apa yang akan kudapati
Belum tampak apa yang akan kuhadapi
Mungkin panas, kabut, hujan, petir atau badai
Atau mungkin pelangi indah bersama peri ?

Semua masih Tanda Tanya Besar ?!
Karena semua adalah rahasia cintaNya
Manusia hanya mampu menapaki
Jalan terbaik pilihan Illahi….


By Bunda Iseracha, 310107
Untuk suamiku tercinta….. tetaplah istiqomah
Doa kami menyertai....

Persembahan Cinta

Perkenalan lahir kepedulian
Peduli berubah perhatian
Perhatian berbunga rindu
Rindu mengalun cinta bersemi


Panah asmara telah tertancap
Dari busur sang dewi cinta
Tak ada yang bisa mengelak
Pada siapa dan kapan waktunya


Cinta menciptakan bahagia
Sukma menari menembus nirwana
Cinta menciptakan luka
Jiwa terhempas ke tanah basah


Gapai tangan raih cintamu
Tanpa putus temukan cinta sejatimu
Yakinkan hati, rasa dan jiwa
Pelabuhan terakhir menunggu di sana……

By Mayagung
230107

Perginya Permata Hati

Tangis haru baru saja usai
Saat hadir permata kecil
Terlupakan perih hati hadapi persoalan
Tak terasakan lagi lunglai raga beradu nyawa

Dunia seolah berseri
Bersama senyum manis di bibir mungil
Jari kaki tangannya yang kecil
Membelai lembut ibunda tersayang

Bunda memeluk dan mendekap terus tak berhenti
Tak bosan mencium wanginya surgawi
Seolah tubuh kecilnya minta selalu dilindungi
Dari terpaan debu yang menanti

Lalu ……..saat tersadar…..seperti petir menyambar !!
Tubuh mungil itu tak lagi didekapnya
Direnggut paksa dari peluknya
Saat ego orang tuanya bicara

Dia diperebutkan seperti bola
Dipisah dari bunda tercinta
Ayahnya menyelesaikan persoalan dunia
Hanya dengan tangannya bukan dengan nurani….

Nyeri dadanya tak menyusui anaknya
Pedih jiwanya kehilangan buah hatinya
Hilang semangatnya dibawa setengah raganya
Hanya air mata merindukan permatanya……


By Bunda Iseraha, 120207
Tak ada seorangpun yang dapat memutuskan “Ikatan Batin”
Ibu dan anaknya….bahkan kematian sekalipun……

Pangeran cinta

Duduk ku bersimpuh
Merenungi perjalanan hidup
Dewasa usia kematanganku
Mengharap setengah surgaMu

Banyak cinta telah singgah
Tak bisa membuat hatiku lemah
Hingga tiba pangeran cinta
Jiwa raga pun tersengat lebah

Egoku terbang entah kemana ?
Saat sukmaku dimengerti sudah
Sombongku ingin bersembunyi dimana ?
Bila sederhana mengalahkan kuasa

Mulutku tak lagi berkata
Janjikan hidup selamanya bahagia
Namun waktu yang akan bicara
Taman hati kita bersemai sempurna

Pangeran cinta…..
Kaulah belahan jiwa
Kaulah matahari dunia
Kaulah pelita di gulita

Semoga tetap saling bersandar
Hingga terpisahkan oleh takdir Nya…….

BERDUA

Ketika aku sampai usia remaja sebagai laki-laki
Tak pernah terlintas ada seorang peremuan yang kan menemani
Hidup disandingku

Ketika aku sampai pada kebutuhannku akan perempuan
Baru terbayang perempuan-perempuan dengan seribu rupa
Melesak pikiranku

Ternyata baru kusadar..
Hidupku ternyata hanya sebentar…
Untuk apakah hidup sesungguhnya….
Dengan kebutuhan yang susah untuk ku hapus….

Ternyata ku tak sendiri…..
Aku harus bersama dalam dunia ini….
Untuk melanjutkan tugas hidupku…..
Bersama menghapus kebutuhan romantic ini….

Berdua….
Sangat mudah kulalui semua….
Tak pernah menjadi beban melodi…
Hanya sebuah cerita….
Merdu…

Sahabat

Kucari foto lama kita
Di album usang tak ada
Hanya memori di kepala
Berputar bagai film di layar kaca

Persahabatan kita terurai panjang
Berpuluh tahun serasa sekejap
Berwarna dengan cinta dan air mata
Tak bisa goyahkan rasa kita

Marah, sedih, riang dan bahagia
Sejak masa kecil hingga dewasa
Di dunia masing-masing mencari asa
Tuk bertemu arah tujuan kta

Sahabat...
kau memang bukan yang tercinta
kau memang bukan yang tersayang
namun kau selalu ada di sisi lain ruang
hati, jiwa dan raga

Kadang kita tak ada kabar
Kadang kita tak teringat kenangan
Namun selalu muncul keinginan
Berbagi cerita suka dan duka

Meski tlah jauh dirimu dari hidupku
Kutahu hatimu tetap merindu seperti hatiku
Bersama ucap yang selalu ada
Terima kasih sahabatku.....

By Mayagung, 230107

Dunia Baru Anakku…..

Pecah dini hari oleh tangisan
Mulut mungil suci tak berdosa
Raga terbungkus lemak dan bersimbah darah
Dari rahim bunda tercinta

Sakit yang amat saat merenggang nyawa
Tak pikirkan lagi diri sendiri
Demi nyawa bidadari kecil titipan Tuhan
Kelak menggantikan tugas ayah bundanya

Lihatlah dunia yang baru, anakku …..!
Mungkin tak senyaman di duniamu yang dulu
Tapi disini dapat kau tentukan sendiri jalanmu
Semoga tak tersesat menuju arah pulangmu…..

Doa ada dalam setiap pembuluh darahmu
Saat ayah kumandangkan adzan di telinga
Berharap bekal menyebut nama Tuhanmu
Jadi tuntunan di tepian hidup,,,,,putri mahkota sayangku…



By. Bunda Iseracha
Serpong , January 22, 2007

“HAPPY BIRTHDAY SEKAR & SAUSAN”
kalian adalah bunga dan teratai putih kami

Khayalan

Termenung ku menatap gerimis
Ditemani lagu petir di kejauhan
Dingin malam menusuk mengiris
Melayang khayalan mengenang pujaan

Mengapa semua berakhir menyakitkan
Padahal cinta masih bisa menyelesaikan
Riak air mata tak dapat mengubahnya
Rindu ini teramat sangat……

Dimana semua kenangan indah
Terkubur hanya dalam satu malam
Jerit hati menolak keadaan
Saat ragamu menjauh dalam hujan

Kekasih…..
Bila, rindu masih ada dalam hatimu
Hampirilah diriku yang terus merindu
Jangan ragu tuk ucapkan cintamu…

By Bunda Iseracha, 140207

HARAP

Kita duduk berdekatan di taman bunga
Namun taman hatimu jauh tak tersentuh
Harapku jadi milikku utuh
Apa daya tergapai tangan hanya ragamu

Berceloteh riang dimulut kita
Bercerita tentang segala hal di dunia
Harapku jurang pemisah terekat
Taman hatimu tetap tak ada namaku

Pedih cinta bertepuk sebelah tangan
Lelah menunggu salju tak mencair
Mungkin cintamu telah terisi penuh
Seseorang yang menjadi musim semimu

By Bunda Iseracha

Saat Kita

Ketika mata kita saling tatap
Ada yang bergetar didalam jiwa
Ketika denting gitarmu syahdu perlahan
Ada damai yang sejuk di sukma

Ketika senyum kita saling menggoda
Jari jemari kita tergenggam erat
Kupastikan rindu telah tercipta
Bersama sebuah kata………” Aku Sayang Kamu…”


March 24,1997
Manyul

RUMAH KARDUS

Saat musim penghujan tiba
Dinding kardus ku selalu basah
Menebarkan aroma lembab
Bersama tetesan hujan di kepala

Saat musim panas terik
Keringat mengucur tak berhenti
Kipas tangan menina bobokan buah hati
Terlelap mimpikan istananya sendiri

Deru kereta api yang melintas
Bagaikan musik yang setia menemani
Tanah becek di depan rumah kardus
Bagai taman bunga di istana penguasa negeri

Rumah kardus ku selalu kubawa
Dibongkar bila ada perintah
Kubangun lagi untuk berteduh
Karna hanya itu yang mampu kupersembahkan
Istana bagi anak-anakku tercinta….

By. Bunda Iseracha…..230207

BIGOS

Masih di pagi hari
Mulutnya sudah makan nasi
Lauknya masih kurang lagi
Karena belum gunjing sana sini

Kupingnya radar informasi
Diolah di otak kanan dan kiri
Ditambah atau dikurangi
Hingga enak dibagi – bagi

Setiap hari tak berhenti
Gosip mengalir bagaikan air
Kabari sana sini, tak perduli lagi
Fakta atau hanya isapan jari

Orang lain sakit hati
Orang lain panas hati
Orang lain makan hati
Tambah bikin Bigos senang diri!!

By Ibunda Iseracha, 230107

Hoot Whell

hoot whell ku banyak sekali
ada yang warnanya hijau, putih,
merah, hitam, biru dan kuning
hoot whell ku pernah di mainkan setiap hari
aku bermain hoot whell bersama teman
mobil hoot whell ku dimainkan sama adik ku


By Satria Labib Ihsan, 6 tahun 23012007

Tuesday, January 23, 2007

HEALTH FOR CHILDREN IN THE WORLD

Monday, January 22, 2007

Taubatkah (aku)?

Kaki-kakiku kesemutan
Kaki-kakiku tak lagi banyak berperan
Kaki-kakiku hidup di awang-awang
Kaki-kakiku mulai kebal perasaan

Debar nadiku penuh keraguan
Dan aku belajar berkuasa
Menindas rasa kesewenangan
Menebar kerakusan dunia

Duniaku berhenti berputar sebentar
Hampir tanpa denyut darah
Kesombonganku memusnahkan khusu’ku
Tanpa pasrah dan keikhlasan

Apa arti setengah dari waktu
Untuk menelusuri kembali jalanku
Untuk memanggil rasa kembali
Untuk mendendangkan nama-Mu

Secuil mulutku bisa merubah dunia
Dunia yang sesak dengan asap khufur
Kealpaan sempurna pada Pencipta

Secuil mulutku bisa merubah nada
Nadi jalan gerak hidup langkahku
Mematri hati dengan sifat-Mu

Jakarta, 20 Januari 2007
By. Satria gunung

DUNIA KECIL MEREKA

Tanpa beban tawa terbahak
Tanpa takut raga bermain
Bersama teman tak kenal lelah
Bersama dalam dunia imajinasinya

Tak jarang pula tangis memecah
Walau tanpa dendam yang dalam
Bertengkar menjadi indah
Karena cinta tetap manjadi ukurannya

berlari, melompat, berkejaran
Berteriak, bernyanyi, bersenda gurau
Saling meledek, saling mencela, saling menggoda
Menjadikan hari berlalu sepanjang waktu

Dunia kecil mereka begitu rumit dipahami oleh kita
Walau orang dewasa pernah melaluinya
Mungkin dunia orang dewasa tampak begitu besar dan sulit juga
Bagi bocah-bocah yang menatap kedepan dengan imajinasinya

By. Bunda Iseracha

Nb.
Jurang pemisah yang terbentang lebar antara dua dunia yang berbeda
Cinta, kasih, pengertian dan dukungan itu yang bisa menyatukan semua

<- Bermain ->

Gerimis siang ini sungguh indah
Hawanya segar sekali
Menghilangkan hawa panas tadi

Senyum dan gelak tawa meledak disampingku
Tangan-tangan kecil menyentil kaki dan daun telingaku
Sungguh bahagia hati ini

Kuingin rasa ini menyusup
Bersama kita ceria dengan tawa
Jangan pernah kau terhanyut asa

Anakku…. Menangis dan bahagia
Semua duniamu….
Semua rasamu….


By Satria Gunung
Serpong, 20 Januari 2007

Pengadilan Tertinggi

Telah tiba masa
Manusia tak lagi bisa berkata
Tak lagi bisa membela
Tak lagi bisa berkilah

Seluruh panca indera berkata kejujuran
Seluruh kebaikan dan keburukan terkuak lebar
Jiwa dan hati tinggal menanti
Pengadilan tertinggi memberikan vonis terakhir

Tak ada kasasi, tak ada banding
Semua mutlak telah terjadi
Tak bisa ditawar atau disuap lagi
Karena Hakimnya Maha Adil


By Bunda Iseracha
210107

Tuesday, December 19, 2006

First Love

Harapan tinggal harapan setiap purnama
Yang mengusik mimpi panjang
Setitik cahaya tak pernah tiba
Memberi tanda ke mana arahnya

Gadis itu selalu menanti
Cintanya yang pertama datang kembali
Agar dapat terungkap yang ada dihati
Tak mau disimpannya sendiri

Sampai kapan gadis itu disini
Mengharap, nenunggu, menanti
Tak bosankah ia lakoni ? Tak ada sesal dan pedihkah ?
Walau hatinya berdarah berulang kali

Orang lain mungkin takkan mengerti
Orang lain mungkin tak bisa memahami
Tapi ia tak mau membohongi hati
Bila cinta itu masih bersemi disini

Walau 1001 datang menawari cinta
Ia tak bisa beranjak pergi
Walau ia tak berharap banyak lagi
Ia setia disini, suata saat nanti
Cinta itu datang sendiri....

By. Dwi Maya Utari, 10 Desember 2006
Buat yang masih jomblo karena patah hati…
Ayo pergi ngecenk cari cowok lagi…..

KEKASIH HATI

Tergambar diatap samar kutatap
Parasmu jaka di bumi lenyap
Mengiringi jiwa melonggok nurani kerap

Laju menggores kertasku ini
Dalam imaji engkau menemani
Lewat senyummu mengisi sepi

Sejenak kutanya engkau dalam lamunanku….
Mungkinkah rindu ini engkau tahu ?
Semoga engkau belum terpejam
Dan semoga engkau tengah tenggelam dalam ilusi tengah malam..

Andaipun engkau tengah bermimpi
Mimpikanlah tentang matahari pagi
Agar esok kita berseri di lengkung pelangi….


Cileduq, April 30, 1997 …..00.13 WIB
By. Dwi Maya Utari


Puisi ini aku tulis buat mantan pacar yang sekarang jadi suamiku……Puisi ini aku tulis saat cinta kami masih hijau , semoga bertambah dewasa cinta itu makin matang dan tidak membusuk agar tidak mati….

Semangat di tubuh renta

Tubuh kurus dan renta
Mata sayu menanggung beban hidup
Kulitnya keriput sudah
Termakan usia dan terbakar cuaca

Kaki terasa letih untuk terus berjalan
Tangan terasa panas terus mendorong gerobak tua
Kantuk tak tertahan disela waktu istirahat
Ditepian hujan petir dan panas tak tertahan

Sambil berjalan bapak tua melamun
Mengapa hidup begitu berat diusianya
Kadang saat penat dan putus asa menghampiri diri
Hati teriak, berontak dimana keadilan baginya

Lalu tersadar.. tubuhku boleh tua dan renta
Tapi semangat hidupku mengalahkan yang muda
Keyakinan bahwa Tuhan tidak meninggalkan hamba-Nya
Yang mau berusaha dan tetap berdoa hingga tiba waktunya

Bapak tua masih terus melangkah
Dia masih harus berjuang
Demi senyum istri, anak dan cucunya
Setia menanti dirumah berharap hidup kan berubah….

Serpong, 10 Desember 2006
By. Dwi Maya Utari

Syukur nikmatMu

Bertahun-tahun kulalui bersama belahan jiwa
Banyak senyum dan air mata
Hidup terasa lengkap ditengah canda dan riang
Ke empat buat cinta kita….

Apa yang harus kusesali…..?
Apa yang harus tak kusyukuri…..?
Berlimpah nikmat t’lah kudapati
Mengapa aku kadang masih tak berpuas diri

Maafkan, ampuni aku ya Rabbi…
Usahaku tuk mencapai RidhoMu belum sebanding dengan nikmatMu
Jauh dilubuk hati masih ada ruang hampa
Yang merindukan setetes cinta suciMu untuk diriku

Tunjukkan kasih dan sayangmMu ya Rabbi…..
Ijinkan syukur ini menggetarkan pembuluh pembuluh darahku
Aku rindu ya Rabbi…… aku rindu….

Air mata selalu ada jika kuingat dosaku
Namun egoku pun selalu muncul saat bahagia menghampiriku
Setan berkuasa sudah jika aku terlupa mengingatmu….

Kumohon jangan pernah tingggalkanku
Sekali lagi pintaku terimalah taubat sebelum datang maut.
Berilah rahmat saat datang maut,
Dan ampunan setelah datang maut……. Amin …..


Semoga kita senantiasa menjadi hamba yang tidak kufur nikmat
By Manyul 101206

Sunday, December 10, 2006

Poligami

Antara dua hati saling menikam
Melengus dan memuntahkan
kesempurnaan nafsu birahi

Kala peradaban memuncak
Ada ketiadaan kematangan hidup
Terdahului kebejatan nyata


Serpong, 9 Desember 2006
By. Satria Gunung

AKU

Adalah sesuatu yang
mempunyai batas siang dan malam
berputar dalam berputar
berusaha membuat jurang
bergerak menuju pemberhentian

Selalu
menasehati dan dinasehati
memuja dan menerjang
ada dan tiada
nafsu

by. Satria Gunung
18 November 2006

Puisi ini aku tulis saat malam dengan kantuk yang begitu hebat karena pada siang hari ada kegiatan yang banyak mengeluarkan energi. Sehingga lahirlah tulisan ini.

Sunday, December 03, 2006

~ RAGU (akan kekutan cinta) ~

Lelah rasanya selalu berada pada satu titik yang tidak jelas…
Suatu titik dimana kita slalu terpuruk dan sulit untuk bangkit…
Mungkin benar juga, sesungguhnya pada titik tersebut adalah kedekatan kita dengan Kekasih kita …

Kekasih yang selalu mencintai kita…
Kekasih yang selalu ada untuk kita ….
Kekasih yang selalu kuat untuk menyangga kita…

Namun, kita selalu mendustai cinta Kekasih kita…
Selalu melupakannya dan mengantikanya dengan sesuatu yang fana…
Kelelahan akan kesalahan ini sudah tidak tertahankan…
Kelelahan akan kelemahan ini sudah mulai membosankan
Kelelahan akan kebodohan ini sudah tidak mungkin lagi dihilangkan

Aku lelah akan semua ketidak jelasan ini…
Aku lelah selalu mencoba dan tersakiti
Aku lelah untuk bangkit dan jatuh kembali
Duhai Kekasihku….Peluklah aku dengan cintaMu
Jangan Kau biarkan Kebodohan dan Kenaifan menyelimuti duniaku..

Dekaplah aku dalam kekuatan CintaMu….
Aku tidak ingin mendustai CintaMu…
tapi terkadang aku juga tidak mampu untuk menampik sepercik keindahan dari Keindahan yang Kau ciptakan….

Aku selalu terbuai dengan keindahan palsu itu…
Keindahan yang tidak kekal..
Mimpi…hanya sebuah mimpi


Australia, 05 December 2006
By. S Masyitah (F I L)

Ketika Aku Pulang

Ketika Aku Pulang
Ada darah menempel di dadaku
Aku basuh.., usap.. dan keringkan....

Ketika aku pulang
Ada tai menempel di celanaku
Aku basuh..., usap.... dan keringkan

Rumah tidak lagi bisa mengalir di darahku
Rumah tidak lagi bisa menampung taiku

  • Hai nuraniku......
    Hai saudaraku....
    Hai penguasa negeriku......
    Aku rindu......

Ketika aku pulang
Tak ada lagi darah di dadaku
dan tak ada lagi tai dicelanaku.....

By. Satria Gunung
Mengingat kejadian gempa Yogyakarta dan nagih janji seorang pemimpin bangsa (bukan ngemis).

Thursday, November 16, 2006

SETITIK MUTIARA DI PADANG PASIR

Sinar terang berkilau
Saat segala impian….
Keindahan…..
Yang pernah dipuja seolah sirna

Bagai mutiara dipadang pasir
Makna hidup baru mulai terasa
Saat hidup terasa tanpa makna
Akan datang rasa diri

Kebahagiaan…..
Harapan….
Kecemasan……
Dan segala yang bermakna
Muncul dalam tiada….

Telah tercapai puncak dari segala hidup
Kepasrahan…
Keikhlasan…
Dalam perjalanan panjang……

Setitik mutiara telah memancarkan kilau
Menerangi malam dipadang pasir..

By. Satria Gunung
Jakarta, 13 Desember 2004 Special Kupersembahkan 2 Wong Wedok Patah Hati