Tuesday, January 23, 2007
Monday, January 22, 2007
Taubatkah (aku)?
Kaki-kakiku kesemutan
Kaki-kakiku tak lagi banyak berperan
Kaki-kakiku hidup di awang-awang
Kaki-kakiku mulai kebal perasaan
Debar nadiku penuh keraguan
Dan aku belajar berkuasa
Menindas rasa kesewenangan
Menebar kerakusan dunia
Duniaku berhenti berputar sebentar
Hampir tanpa denyut darah
Kesombonganku memusnahkan khusu’ku
Tanpa pasrah dan keikhlasan
Apa arti setengah dari waktu
Untuk menelusuri kembali jalanku
Untuk memanggil rasa kembali
Untuk mendendangkan nama-Mu
Secuil mulutku bisa merubah dunia
Dunia yang sesak dengan asap khufur
Kealpaan sempurna pada Pencipta
Secuil mulutku bisa merubah nada
Nadi jalan gerak hidup langkahku
Mematri hati dengan sifat-Mu
Jakarta, 20 Januari 2007
By. Satria gunung
Kaki-kakiku tak lagi banyak berperan
Kaki-kakiku hidup di awang-awang
Kaki-kakiku mulai kebal perasaan
Debar nadiku penuh keraguan
Dan aku belajar berkuasa
Menindas rasa kesewenangan
Menebar kerakusan dunia
Duniaku berhenti berputar sebentar
Hampir tanpa denyut darah
Kesombonganku memusnahkan khusu’ku
Tanpa pasrah dan keikhlasan
Apa arti setengah dari waktu
Untuk menelusuri kembali jalanku
Untuk memanggil rasa kembali
Untuk mendendangkan nama-Mu
Secuil mulutku bisa merubah dunia
Dunia yang sesak dengan asap khufur
Kealpaan sempurna pada Pencipta
Secuil mulutku bisa merubah nada
Nadi jalan gerak hidup langkahku
Mematri hati dengan sifat-Mu
Jakarta, 20 Januari 2007
By. Satria gunung
DUNIA KECIL MEREKA
Tanpa beban tawa terbahak
Tanpa takut raga bermain
Bersama teman tak kenal lelah
Bersama dalam dunia imajinasinya
Tak jarang pula tangis memecah
Walau tanpa dendam yang dalam
Bertengkar menjadi indah
Karena cinta tetap manjadi ukurannya
berlari, melompat, berkejaran
Berteriak, bernyanyi, bersenda gurau
Saling meledek, saling mencela, saling menggoda
Menjadikan hari berlalu sepanjang waktu
Dunia kecil mereka begitu rumit dipahami oleh kita
Walau orang dewasa pernah melaluinya
Mungkin dunia orang dewasa tampak begitu besar dan sulit juga
Bagi bocah-bocah yang menatap kedepan dengan imajinasinya
By. Bunda Iseracha
Nb.
Jurang pemisah yang terbentang lebar antara dua dunia yang berbeda
Cinta, kasih, pengertian dan dukungan itu yang bisa menyatukan semua
Tanpa takut raga bermain
Bersama teman tak kenal lelah
Bersama dalam dunia imajinasinya
Tak jarang pula tangis memecah
Walau tanpa dendam yang dalam
Bertengkar menjadi indah
Karena cinta tetap manjadi ukurannya
berlari, melompat, berkejaran
Berteriak, bernyanyi, bersenda gurau
Saling meledek, saling mencela, saling menggoda
Menjadikan hari berlalu sepanjang waktu
Dunia kecil mereka begitu rumit dipahami oleh kita
Walau orang dewasa pernah melaluinya
Mungkin dunia orang dewasa tampak begitu besar dan sulit juga
Bagi bocah-bocah yang menatap kedepan dengan imajinasinya
By. Bunda Iseracha
Nb.
Jurang pemisah yang terbentang lebar antara dua dunia yang berbeda
Cinta, kasih, pengertian dan dukungan itu yang bisa menyatukan semua
<- Bermain ->
Gerimis siang ini sungguh indah
Hawanya segar sekali
Menghilangkan hawa panas tadi
Senyum dan gelak tawa meledak disampingku
Tangan-tangan kecil menyentil kaki dan daun telingaku
Sungguh bahagia hati ini
Kuingin rasa ini menyusup
Bersama kita ceria dengan tawa
Jangan pernah kau terhanyut asa
Anakku…. Menangis dan bahagia
Semua duniamu….
Semua rasamu….
By Satria Gunung
Serpong, 20 Januari 2007
Hawanya segar sekali
Menghilangkan hawa panas tadi
Senyum dan gelak tawa meledak disampingku
Tangan-tangan kecil menyentil kaki dan daun telingaku
Sungguh bahagia hati ini
Kuingin rasa ini menyusup
Bersama kita ceria dengan tawa
Jangan pernah kau terhanyut asa
Anakku…. Menangis dan bahagia
Semua duniamu….
Semua rasamu….
By Satria Gunung
Serpong, 20 Januari 2007
Pengadilan Tertinggi
Telah tiba masa
Manusia tak lagi bisa berkata
Tak lagi bisa membela
Tak lagi bisa berkilah
Seluruh panca indera berkata kejujuran
Seluruh kebaikan dan keburukan terkuak lebar
Jiwa dan hati tinggal menanti
Pengadilan tertinggi memberikan vonis terakhir
Tak ada kasasi, tak ada banding
Semua mutlak telah terjadi
Tak bisa ditawar atau disuap lagi
Karena Hakimnya Maha Adil
By Bunda Iseracha
210107
Manusia tak lagi bisa berkata
Tak lagi bisa membela
Tak lagi bisa berkilah
Seluruh panca indera berkata kejujuran
Seluruh kebaikan dan keburukan terkuak lebar
Jiwa dan hati tinggal menanti
Pengadilan tertinggi memberikan vonis terakhir
Tak ada kasasi, tak ada banding
Semua mutlak telah terjadi
Tak bisa ditawar atau disuap lagi
Karena Hakimnya Maha Adil
By Bunda Iseracha
210107